“Katakanlah, “Apakah kamu mendebat kami tentang Allah, padahal
Dia-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Dan bagi kami amal usaha kami dan
bagi kamu amal usaha kamu. Dan hanya kepada-Nyalah kami mengikhlaskan
diri! 139). Atau kamu mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub
dan anak keturunannya adalah orang-orang Yahudi atau Nasrani?
Katakanlah, “Apakah kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Dan siapakah
yang lebih dzalim dari orang-orang yang menyembunyikan kesaksian dari
Allah yang ada padanya? Dan Allah sedikit pun tidak lalai terhadap yang
kamu perbuat.” (Al-Baqarah : 139-140)
DIRIWAYATKAN, bahwa sebab turun ayat ini ialah karena kaum Yahudi dan
Nasrani berkata, “Seluruh manusia wajib mengikuti agama kami. Karena
para Nabi dulu dari bangsa kami dan syariat pun turun kepada kami. Belum
pernah dikenal Nabi-Nabi dan agama pada Bangsa Arab,” Lalu Allah
membantah mereka ini dengan keterangan sebagai berikut:
Apakah kamu mendakwakan bahwa agama yang benar adalah agama Yahudi
dan Nasrani? Dan kamu berkata pula, “Tidak akan dapat masuk syurga
selain orang yang beragama Yahudi dan Nasrani.” Dan di waktu lain kamu
berkata, “Jadilah orang Yahudi atau Nasrani supaya kamu memperoleh
petunjuk” Dari manakah datangnya kedekatan Allah kepada kamu yang
mengecualikan kami itu? Padahal Allah itu Tuhan kami dan Tuhan kamu dan
Tuhan seru sekalian alam.
Dialah Pencipta dan kamu ini semua adalah ciptaan-Nya. Manusia hanya
jadi lebih dari sesamanya karena amal usahanya. Hasil perbuatannya
kembali kepadanya, yang baik maupun yang buruk. Dan demikian pula
perbuatanmu kembali kepada dirimu sendiri. Kami mengikhlaskan amal kami
kepada-Nya dan kami tiada mencari selain keridhaan-Nya. Sedangkan kamu
menggantungkan harapan kepada leluhur- leluhur yang shaleh dan kamu
menyangka mereka nanti bisa menjadi pembelamu di sisi Tuhanmu, padahal
perbuatan-perbuatanmu menyeleweng dari jalan hidup mereka. Sebab mereka
dulu bertaqarrub hanya dengan amal shaleh dan iman yang benar. Karena
itu jadikanlah mereka itu sebagai petunjuk jalan bagimu dan ikutilah
jejak langkah mereka, niscaya kamu dapat memperoleh kemenangan dan
kebahagiaan.
Selanjutnya Allah bertanya kepada mereka, “Apakah kamu mengaku
menjadi orang istimewa yang dekat kepada Allah lebih dari kami, kaum
muslimin, itu suatu pengakuan yang berdasar firman Allah, Tuhan kami dan
Tuhan kamu, ataukah kamu mengaku mendapat keistimewaan itu semata-mata
karena menjadi orang Yahudi atau Nasrani, dan Nabi-Nabi dahulu juga
beragama Yahudi dan Nasrani?” Kalau pengakuan itu semata-mata
berdasarkan kamu sebagai orang Yahudi dan Nasrani, maka pengakuanmu itu
penuh dusta. Sebab nama Yahudi timbul sesudah meninggalnya Nabi Musa.
Jadi apa dasarnya kamu beranggapan bahwa para Nabi Bani Israil sampai
kepada Nabi Ibrahim adalah beragama Yahudi dan Nasrani, padahal menurut
logika dan sejarah pengakuan itu bohong belaka?
Oleh sebab Allah berfirman kepada mereka, “Apakah kamu yang lebih
tahu tentang agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para Nabi Bani
Israil ataukah Allah?” Dengan demikian terbukti bahwa Bangsa Yahudi
tidak malu bersikap sok tahu tentang sejarah Nabi Ibrahim dan pada Nabi
Bani Israil, dimana Nabi-Nabi tersebut mendapatkan kitab suci dari Allah
yang isinya bertentangan jauh dengan praktek kehidupan kaum Yahudi.
Fakta sejarah yang membuktikan kebodohan Bangsa Yahudi terhadap
sejarah para Nabi Bani Israil, terutama Nabi Ibrahim sebagai nenek
moyang mereka, tetapi Bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa Nabi Ibrahim
dan para Nabi Bani Israil sebagai pengikut agama Yahudi, jelas
membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak malu memalsukan sejarah dan tidak
punya malu menjadi golongan manusia sok tahu. Maka mental sok tahu
adalah menjadi bagian mental bangsa Yahudi. Karena itu apapun yang
ditulis atau dikatakan oleh orang Yahudi janganlah kita mempercayai
kebenarannya, sebelum kita dapat membuktikan sendiri. [islampos/sumber:
76 Karakter Yahudi Dalam Al-Qur’an, Karya: Syaikh Mustafa Al-Maraghi]