Seorang serdadu bernama Arieh (20) dalam dialognya dengan koran Lamonde Prancis
di kota Al-Quds hari ini Selasa (05/05/2015) mengatakan dirinya
dipanggil untuk bertugas di awal Juli 2014 ke Jalur Gaza, maka saat ia
siapkan tank-tank.
“Tugas kami tidak seperti yang
diperkirakan. Kami berangkat dengan kondisi hanya bisa menebak-nebak.
Komandan kami mengatakan bahwa ada area seluas 200 meter yang merupakan
titik kekuatan kami. Jika kami melihat yang bergerak di dalam lingkaran
kami itu maka harus ditembak langsung,” ujarnya dikutip PIC.
Ia bercerita, “Semua yang kami bidik dan
kami tembak dari target sipil hanyalah untuk hiburan. Suatu hari pada
sekitar jam 8.00 pagi, kami ke wilayah Buraij sebuah wilayah di tengah
Jalur Gaza yang padat penduduk. Kami diminta komandan untuk menyerang
dengan target membabi buta. Setiap kami membidik satu target dan tak
satupun di antara mereka kelompok pejuang Hamas. Saat itu, sambil
bercanda komandan kami berkata, kita harus mengirim salam pagi dari
militer Israel,” ujarnya.
Areih melanjutkan, “Saya ingat suatu hari
seorang serdadu Israel tewas dan komandan kami meminta agar membalas
dendam. Maka tank-tank kami secara membabi buta memberondong sebuah
bangunan hunian sejauh 4 KM dari kami. Kami rudal lantai 11 dan
dipastikan banyak korban sipil jatuh,” tambahnya.
Ia mengisyaratkan, tujuan perang bukan hanya menghancurkan Hamas tapi juga perekonomian rakyat Gaza.
“Kami masuk Jalur Gaza pada 19 Juli 2014
dan kami bicara soal terowongan Hamas antara Jalur Gaza dan Israel.
Semua terowongan itu harus dihancurkan dan merusak seluas mungkin lahan
pertanian dan ekonomi agar Hamas berfikir dua kali jika ingin perang
bersama kami,” ujarnya.
Ia juga mengaku ikut menghancurkan bangunan, lahan pertanian dan tiang listrik.
Areih juga mengaku bahwa apa yang dilakukannya dalam perang semuanya bertentangan dengan apa yang mereka pelajari.
“Dalam latihan menebak misil, kami tidak
boleh sembarang menarik pelatuk meski hanya mencoba namun apa yang
terjadi di Jalur Gaza semuanya bertentangan dengan nurani kami,”
ujarnya.
“Jika kalian lihat di Jalur Gaza di depan
tank orang yang beranjak pergi maka bunuh segera dia. Jika ada gerakan
sedikit saja yang mencurigakan dari sebuah jendela rumah Palestina maka
saya segera menembaknya. Itu semua bertentangan dengan apa yang kami
pelajari,” tambahnya.
Arieh adalah satu 60 serdadu Israel yang
memberikan kesaksian dalam laporan organisasi HAM “Pecah Kebungkaman”
yang berbasis Israel sendiri dalam 237 halaman. Mereka bicara soal
kehancuran dalam agresi Jalur Gaza Juli 2014